Saya baru tahu, kalo melihat seperti biasa lagi kepada orang yang disukai itu tidak mudah, saya pikir sederhana, sesederhana menghapus coretan pensil di sebuah kertas, ternyata tidak sederhana, beberapa kali mencoba, coretan itu masih tampak, saya sedikit sadar, karena saat menulis, bukan hanya serpihan grafit yang menempel di kertas, tapi juga ada dorongan yang meninggalkan bekas.
Saya menghibur diri dengan
follow akun-akun
poetry di
Instagram, yang lalu dipertemukan dengan sebuah buku berjudul
Milk and Honey karya Rupi Kaur.
Milk and Honey
 |
Book Cover: Milk and Honey |
Setelah menyelesaikan buku itu, saya malah jadi depresi, lah iya, isinya menceritakan tentang Rupi yang bertahan melewati
violence, abuse, love, loss, and femininity. Saya, jadi ikut merasa apa yang dia rasa. Buku ini 2 tahun berturut-turut jadi salah satu buku
best seller di
New York times.
Milk and Honey disusun atas 4 bab, yaitu
the hurting, the loving, the breaking dan
the healing. Kebaca ya dari judul bab-nya, format tulisannya berbentuk puisi dan prosa, ini pertama kalinya baca buku model gini. Saya suka, karena tidak begitu mengerti perempuan itu seperti apa, saya jadi sedikit mengenal, meskipun gambarannya pada seorang yang kondisinya sedang terpuruk. Dari sana saya merasa bisa melihat lebih dalam, meskipun tidak secara mendetail, kalau manusia itu tidak punya apa-apa, dan betapa lemahnya manusia. Itu mungkin jadi pelajaran tambahan bagus.
The Sun and Her Flowers
 |
Book Cover: The Sun and Her Flowers |
Buku keduanya berjudul
The Sun and Her Flowers, terbit tahun 2017, sama-sama berformat
poetry. Dibuku ini bahasannya cukup banyak memuat isu-isu sosial, tentang mendewasa, keluarga, tak lepas juga soal perempuan, di
Milk and Honey pun ada, meski tidak banyak, karena lebih membahas soal perasaan si Rupi Kaur sendiri.
Dalam buku ini ada bahasan yang mengingatkan saya suatu hal, pada bahasan ketika dia membicarakan soal bagaimana dunia secara luas masih melihat perempuan sebagai objek, bagaimana sudut pandang seorang perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual begitu membenci dirinya dilahirkan sebagai perempuan, ketidak mengertiannya menjadi seorang perempuan, ketidak mengertiannya akan tubuhnya sendiri. Karena topik itu, saya jadi teringat salah satu bintang tamu di acara
Kick Andy, seorang Ibu, seorang perempuan yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 4 kali, karena pernah merasakan luka psikis yang amat sangat atas pelecehan seksual yang dialaminya saat masih muda. Rasanya apa yang dipaparkan ibu ini saat diacara itu cukup tergambarkan dibuku ini.
Saya menyukai kedua buku ini, karena saya merasa menemukan seorang teman, dia begitu bebas dan jujur membicarakan apa yang dia rasakan, saya serasa diajak duduk dibangku yang sama seraya mendengar curahan hatinya begitu dekat.
Kedua buku ini memuat sedikit unsur sensual, meski cuma sedikit, jadi jangan dibaca anak-anak. Lagian siapa yang bakal baca, anda yang baca post ini juga belum tentu tertarik baca, wkwkwk
LABEL:
Buku
,
Rasa
,
What I Share